Ketika siswa lulus dari Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan, sebagian akan masuk kepada perguruan tinggi dan menyendang gelar Mahasiswa. Ketika telah menjadi mahasiswa disinilah proses transisi terjadi dari remaja mengarah kepada dewasa. Dalam proses ini kebanyakan cenderung memiliki ambisi yang sangat besar baik mengarah kepada Positif maupun Negatif ini bergantung pada siapa dan bagaimana proses doktrinisasi terjadi pada individu tersebut. Dimasa ini sangat mudah mempengaruhi seseorang karena di usia transisi ini mereka sangat labil dan cenderung belum dapat mempertimbangkan segala hal.
Dalam hal ini mahasiswa dituntut untuk memahami perannya masing-masing sehingga nantinya diharapkan dapat memperbaiki alur dan stabilitas yang ada. Namun dalam hal inikeberadaan mahasiswa sebagai agent of Control akan sangat membantu kinerja dari birokrasi namun ketika berbicara mengenai Mahasiswa sebagai agent of Change maka saya kurang sefaham karena mahasiswa tidak memiliki basis masa yang jelas artinya mahasiswa hanya berstatus musiman. maksudnya ketika statusnya mahasiswa hanya memiliki jangka waktu pada umumnya sekitar 4-5 tahun saja, kemudian alasan kedua adalah mahasiwa bukanlah pelaku dalam melakakukan sesuatu yang coba diperjuangkan, contoh mendasar ialah ketika kita ingin melakukan aksi "turun ke jalan" untuk membela kaum buruh, namun ini tidak akan berhasil tanpa adanya pelaku dari kaum buruh itu sendiri. Namun ketika berada dalam birokrasi kampus untuk melakukan suatu aksi penolakan maka besar kemungkinan akan dapat terealisasi, ini disebabkan karena mereka adalah pelaku (masyarakat) kampus itu sendiri. Jadi perubahan hanya dapat dilakukan oleh sipelaku untuk memperjuangkan keinginannya itu sendiri. Namun ketika berbicara tujuan jangka panjang maka saya sepakat karena mahasiswa saat ini adalah pemimpin masa depan namun statsunya bukan lagi Mahasiswa sehingga mahasiswa bukanlah Agent Of Change.
0 comments:
Post a Comment