Islam adalah Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang perkembangannya dimulai pada abad ke 7 Masehi di Jazirah Arab, dimana terbagi menjadi 2 tahap yakni ketika di mekah selama 13 tahun dan dimadinah selama 10 tahun. Setelah Baginda Rasul wafat, kepemimpinan dilanjutkan oleh para pengikutnya yang lebih dikenal dengan Khulafatur Rasyidin, pada tahun 632-644 M dipimpin oleh Abu Bakar Sidiq, dilanjutkan Usman bn Affan sektitar tahun 644-656 M, serta Ali bin Abu Thalib pada tahun 656-661 M. kemudian pasca terbunuhnya Ali, kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya Hasan bin Ali. Demi menjaga keutuhan Umat Islam maka Kepemimpinan diserahkan kepada Muawiyah bin Abu Sofyan dan disinilah berakhirnya sistem Demokrasi/musyawarah dan dimulai dengan sistem baru yaitu dinasiti atau sistem kerajaan dimana khalifah dipegang secara turun-tenurun.
Perkembangan Islam sangat pesat dari zaman Nabi Muhammad sampai berakhirnya kerajaan Islam. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor berikut:
1. Islam selain mengatur hubungan dengan Tuhannya, juga mengatur tentang pembentukan Masyarakat.
2. Terdapat keyakinan yang teguh pada para sahabat tentang menyerukan ajaran Islam ke seluruh dunia.
3. Islam tidak memaksa agar di ikuti namun memberi simpatik dan toleransi sehingga banyak yang mengikuti.
Mengenai Proses penyebaran Islam di Nusantara (antara Benua Asia dan Benua Australia) terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang hal tersebut diantaranya:
1. Teori Gujarat
Teori ini menjelaskan bahwa Islam Pertama kali masuk melalui Anak benua India bukan persia atau Arabia. Teori ini dikemukakan oleh pijnappel seorang ahli dari Iniversitas Leiden. dimana Ia mengaitkan asal muasal islam di Nusantara dengan Wilayah Gujarat dan Malabar.
Selain itu, Moquette, seorang sarjana belanda lainnya, berkesimpulan bahwa asal mula Islam Nusantara adalah Gujarat. Dia mendasari teorinya dengan ditemukannnya batu nisan di Pasai, kawasan Utara daerah Sumatra, khususnya yang bertanggal 17 Dzul-Hijjah 831 H bertepatan dengan 27 September 1419 M dan batu nisan lain ditemukan di Makam Maulana Malik Ibrahim 822 H/ 1419 M di Gresik dan ternyata sama bentuknya dengan batu nisan yang terdapat di Cambay, Gujarat.
Teori ini ditentang keras oleh Fatimi terdapat kekeliruan mengaitkan seluruh batu nisan dipasai, termasuk batu nisan Malik Al-Shalih dengan batu nisan di Gujarat. Menurut penelitian, gaya dan bentuk batu nisan diantara keduanya berbeda. menurut Fatimi justru gaya batu nisan ini mirip dengan batu nisan yang terdapat dibengal.
Oleh Karenanya, teori ini memiliki kelemahan tentang batu nisan yang ditemukan serta kenyataan yang ada bahwa pada masa islamisasi samudra-pasai, yang raja pertamanya wafat pada 698 H/ 1297 M,Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu, barulah setahun kemudian ditaklukkan oleh kekuasaan Islam.
2. Teori Makkah
Teori ini dicetuskan oleh Hamka dalam pidatonya Dies Natalis PTAIN ke-8 di Yogyakarta (1958), ini dikarenakan oleh perdagangan dan peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam ke Indonesia.
Hamka menolak pendapat yang mengatakan Islam masuk ke Indonesia pada abak ke 13, karena pada saat itu telah berdiri sebuah kekuatan politik Islam oleh karenanya Islam sudah masuk jauh sebelum itu pada abad ke-7. Selain itu pula, hamka juga mempunyai argumentasi lain yang membuatnnya begitu yakin, bila teori lain memandang lebih kepada barang yang diperdagangkan maka hamka lebih menekannkan pada Mazhab Syafi'i.
Argumen hamka ini tidak terlepas dari kritik, diantaranya dalah terdapat kesulitan membedakan antara ajaran Syi'ah dan Mazhab Syafi'i. juga adanya peninggalan upacara Syi'ah dalam masyarakat Indonesia seperti, peringatan 10 Muharram atau Asyura dan tabut hasan husain. cara membaca Qur'an pun lebih mempunyai kesamaan dengan Persia dibanding dengan Arab.
3. Teori Persia
Pencetus Teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini berpendapat bahwa Agama Islam yang masuk ke Indonesia Berasal dari Persia dan singgah ke Gujarat sekitar waktu abad ke-13. Teori ini lebih menitik beratkan kepada kebudayaan yang berkembang dimasyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki persamaan dengan Persia (Morgan, 1963: 139-140.
Pertama, peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syi'ah atas Syahidnya Husein, perinatan ini berbentuk pembuatan bubur Syura. Diminangkabau Bulan Muharram disebut Bulan Hasan Husein.
Kedua, adanya kesamaan antara Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj, sekalipun Al-Hallaj telah meninggal pada 310 H/922 M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk Puisi.
Ketiga, Penggunaan Istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajian al-Qur'an tingkat awal.
Kritik untuk teori Persia ini dilontarkan oleh K. H. Saifuddin Zuhri. Ia mengatakan bahwa apabila kita berpedoman kepada masuknya Islam pada Abad ke 7 maka ini terjadi pada masa kekuasaan Khalifah Umayyah. Saat itu kepemimpinan Islam dibidang Politik, Ekonomi dan Kebudayaan berada ditangan Bangsa Arab, sedangkan pusat pergerakan islam berada di Makkah Madinah.
2. Teori Makkah
Teori ini dicetuskan oleh Hamka dalam pidatonya Dies Natalis PTAIN ke-8 di Yogyakarta (1958), ini dikarenakan oleh perdagangan dan peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam ke Indonesia.
Hamka menolak pendapat yang mengatakan Islam masuk ke Indonesia pada abak ke 13, karena pada saat itu telah berdiri sebuah kekuatan politik Islam oleh karenanya Islam sudah masuk jauh sebelum itu pada abad ke-7. Selain itu pula, hamka juga mempunyai argumentasi lain yang membuatnnya begitu yakin, bila teori lain memandang lebih kepada barang yang diperdagangkan maka hamka lebih menekannkan pada Mazhab Syafi'i.
Argumen hamka ini tidak terlepas dari kritik, diantaranya dalah terdapat kesulitan membedakan antara ajaran Syi'ah dan Mazhab Syafi'i. juga adanya peninggalan upacara Syi'ah dalam masyarakat Indonesia seperti, peringatan 10 Muharram atau Asyura dan tabut hasan husain. cara membaca Qur'an pun lebih mempunyai kesamaan dengan Persia dibanding dengan Arab.
3. Teori Persia
Pencetus Teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini berpendapat bahwa Agama Islam yang masuk ke Indonesia Berasal dari Persia dan singgah ke Gujarat sekitar waktu abad ke-13. Teori ini lebih menitik beratkan kepada kebudayaan yang berkembang dimasyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki persamaan dengan Persia (Morgan, 1963: 139-140.
Pertama, peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syi'ah atas Syahidnya Husein, perinatan ini berbentuk pembuatan bubur Syura. Diminangkabau Bulan Muharram disebut Bulan Hasan Husein.
Kedua, adanya kesamaan antara Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj, sekalipun Al-Hallaj telah meninggal pada 310 H/922 M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk Puisi.
Ketiga, Penggunaan Istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajian al-Qur'an tingkat awal.
Kritik untuk teori Persia ini dilontarkan oleh K. H. Saifuddin Zuhri. Ia mengatakan bahwa apabila kita berpedoman kepada masuknya Islam pada Abad ke 7 maka ini terjadi pada masa kekuasaan Khalifah Umayyah. Saat itu kepemimpinan Islam dibidang Politik, Ekonomi dan Kebudayaan berada ditangan Bangsa Arab, sedangkan pusat pergerakan islam berada di Makkah Madinah.
Sumber: Rangkuman dari buku Al-Islam dan Kemuhammadiyahan 3
0 comments:
Post a Comment